Sebanyak 48 mahasiswa semester 7 dari Program Studi Agribisnis mengikuti kegiatan ini sebagai salah satu syarat ketuntasan mata kuliah Staretegi Pertanian Masa Depan dan Manajemen Produksi.
Hadir pula Andi Yushan Patawari, S.Pi, M.Si sebagai dosen pengampuh, Dr. Khaerunnisa S.Pi, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian, dan beberapa dosen dan staf Faperta.
"Musim panen pertama, tanaman porang di Talumae ini terbilang sukses, bahkan sampai viral di beberapa media. Sehingga banyak petani dan para pejabat yang khusus berkunjung untuk mempelajari budidaya porang ini," ujar Khaerunnisa usai kunjungan.
Keunggulan Usahatani Porang Sidrap sehingga banyak dikunjungi karena hanya membutuhkan 8-9 bulan untuk menghasilkan Porang 7 kg, sementara di wilayah Jawa butuh 2-3 tahun untuk menghasilkan produksi 2-3 kg Porang.
"Harga bibit katak mencapai Rp300 ribu perkilo, spora Rp1,7 juta perkilo. Kegunaan porang, sebagai bahan makanan, beras, bahan kue, mie, tahu, sirataki, bahan kosmetik, bahan celupan kain, bahkan sebagai bahan obat-obatan," tuturnya.
Awalnya tanaman porang ini dikembangkan oleh Kelompok Tani Semangat Milenial di lahan seluas 25 hektar. Karena semangat dan usaha yang sungguh-sungguh, akhirnya tanaman porang terbilang sukses, bahkan pada 28 Juli, Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL) berkunjung ke tempat tersebut.
Dalam kunjungannya, SYL mengatakan, perkebunan porang yang dibackup oleh PT. Al-Fatih Porang ini, ditunjuk sebagai supplier benih di kawasan Indonesia Timur dan diberi lisensi sebagai pengekspor porang satu-satunya di Indonesia yang ada di Sulawesi Selatan.
Tanaman porang berprospek ke depan yang menjanjikan kemakmuran bagi masyarakat, apalagi bisa dikembangkan hampir di seluruh daratan Indonesia.
Bahkan porang ini merupakan tanaman ekspor karena sejumlah negara bersedia menerima porang dari PT Alfatih ini. (Red)
Laporan: Herdi
0 Komentar